____Sugeng Rawuh Poro Blogger____

Minggu, 20 Desember 2009

SELAMAT DATANG

Selamat bergabung dalam dunia seni, salam perkenalan dengan Sanggar Seni DANANG JAYA yang akan mengulas tentang berbagai dunia seni diblogger, semoga kita selalu bersatu dalam mengembangkan seni di Indonesia (NGURI-URI KABUDAYAN JAWI)

17 komentar:

  1. ENRIQUE VICENZO KOSASIH
    8E/14
    SMP REGINA PACIS SURAKARTA
    2010/2011

    Solo Cantabile Cantora adalah kelompok paduan suara anak dari Kota Solo,Indonesia ini terbentuk tanggal 20 Desember 2009. Berawal dari beberapa orang tua dan seorang pelatih paduan suara (Bpk. Wahyu Purnomo) yang memiliki kerinduan membentuk sebuah kelompok paduan suara anak yang baik di kota Solo, maka lahirlah paduan suara anak dengan nama SOLO CANTABILE CANTORA atau disingkat dengan SCC. Nama SOLO CANTABILE CANTORA berarti Paduan Suara yang Merdu dan Indah dari Kota Solo. SCC mempunyai tujuan untuk memberi tempat bagi anak-anak berbakat di bidang seni suara di kota Solo yang ingin mengembangkan talenta di bidang paduan suara.
    Saya yang tergabung dalam kelompok paduan suara SCC berhasil meraih Emas dalam World Choir Games ke 6 di Shaoxing,China.Bermula dari keberangkatan saya bersama rombongan kelompok paduan suara Solo Cantabile Cantora,lewat bandara Adisumarmo,Solo pada tanggal 12 Juli 2010,ke Shaoxing,China transit di Bandara LCCT,Kuala Lumpur sebelum melanjutkan ke Bandara Hangzhou,dan dilanjut dengan jalan darat naik bis selama satu jam ke Shaoxing.Sampai ditempat menginap sudah lewat tengah malam,dan hari-hari selama sebelum lomba diisi dengan latihan intensif untuk meningkatkan kekompakan kelompok paduan suara,sampai akhirnya tampil pada tanggal 17 Juli 2010,waktu kita tampil,semua sudah berusaha maksimal,termasuk teman-teman anggota paduan suara,konduktor dan penari latar serta para pemusik.Dan akhirnya pada tanggal 19 Juli 2010 waktu pengumuman juara dalam kategori paduan suara yang kami ikuti yaitu Folklore dengan koreografi berhasil menyabet medali emas.Jadi usaha kita semua tidak sia-sia. SCC bersaing pada kategori Folklore with Choreography. Kelompok SCC kami,terdiri atas 31 penyanyi anak, enam pemusik, seorang koreografer, dan seorang konduktor. Ada tiga lagu yang kami bawakan, yakni Tetembangan Sindenan Ijo-ijo, Gundul-gundul Pacul, dan Ondel-ondel. ”Lagu diaransemen ulang dan dilengkapi alat musik calung, gendang, dan rebana. Kostumnya batik Solo.Hal itu dilakukan agar branding Solo sebagai kota budaya semakin kuat. Akhir kata,inilah semua kegiatan saya selama mengikuti World Choir Games ke-6 di Shaoxing,China bersama kelompok Solo Cantabile Cantora. Semoga ini menjadi awal untuk dapat berkembang di kemudian hari demi mengangkat nama negara Indonesia pada umumnya dan kota Solo pada khususnya.

    BalasHapus
  2. Tokoh wayang yang disukai:
    Hanoman (Sanskerta: हनुमान्; Hanumān) atau Hanumat (Sanskerta: हनुमत्; Hanumat), juga disebut sebagai Anoman, adalah salah satu dewa dalam kepercayaan agama Hindu, sekaligus tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana yang paling terkenal. Ia adalah seekor kera putih dan merupakan putera Batara Bayu dan Anjani, saudara dari Subali dan Sugriwa. Menurut kitab Serat Pedhalangan, tokoh Hanoman sebenarnya memang asli dari wiracarita Ramayana, namun dalam pengembangannya tokoh ini juga kadangkala muncul dalam serial Mahabharata, sehingga menjadi tokoh antar zaman. Di India, hanoman dipuja sebagai dewa pelindung dan beberapa kuil didedikasikan untuk memuja dirinya.


    Tokoh wayang yang tidak disukai:
    Arjuna (Sanskerta: अर्जुन; Arjuna) adalah nama seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dikenal sebagai sang Pandawa yang menawan parasnya dan lemah lembut budinya. Ia adalah putra Prabu Pandudewanata, raja di Hastinapura dengan Dewi Kunti atau Dewi Prita, yaitu putri Prabu Surasena, Raja Wangsa Yadawa di Mandura. Arjuna merupakan teman dekat Kresna, yaitu awatara (penjelmaan) Bhatara Wisnu yang turun ke dunia demi menyelamatkan dunia dari kejahatan. Arjuna juga merupakan salah orang yang sempat menyaksikan "wujud semesta" Kresna menjelang Bharatayuddha berlangsung. Ia juga menerima Bhagawadgita atau "Nyanyian Orang Suci", yaitu wejangan suci yang disampaikan oleh Kresna kepadanya sesaat sebelum Bharatayuddha berlangsung karena Arjuna masih segan untuk menunaikan kewajibannya.

    sava zeb ui / 43 /7d

    BalasHapus
  3. Seni tradisional
    Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
    Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa
    Langsung ke: navigasi, cari

    Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena ketidamauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut.
    Daftar isi
    [sembunyikan]

    * 1 Seni tradisional di Indonesia
    o 1.1 Seni tradisional di Sumatra
    o 1.2 Seni tradisional di Jawa
    o 1.3 Seni tradisional di Kalimantan
    o 1.4 Seni tradisional di Sulawesi
    o 1.5 Seni tradisional di Nusa Tenggara
    o 1.6 Seni Tradisional di Maluku
    o 1.7 Seni tradisional di Papua
    * 2 Jenis seni tradisional
    o 2.1 Alat tabuh
    o 2.2 Alat tiup
    o 2.3 Alat gesek
    o 2.4 Alat petik
    o 2.5 Drama & seni tari
    o 2.6 Olahraga & permainan

    [sunting] Seni tradisional di Indonesia
    [sunting] Seni tradisional di Sumatra

    * Seni Tradisional Aceh
    * Seni Tradisional Gayo
    * Seni Tradisional Melayu
    o Seni Tradisional Melayu - Sumatra Timur
    o Seni Tradisional Melayu - Riau
    o Seni Tradisional Melayu - Jambi
    * Seni Tradisional Karo
    * Seni Tradisional Batak
    o Seni Tradisional Batak - Simalungun
    o Seni Tradisional Batak - Tapanuli Utara
    o Seni Tradisional Batak - Tapanuli Selatan


    * Seni Tradisional Minangkabau
    * Seni Tradisional Mentawai
    * Seni Tradisional Anak Kubu
    * Seni Tradisional Bengkulu
    * Seni Tradisional Palembang
    * Seni Tradisional Bangka-Belitung
    * Seni Tradisional Lampung

    [sunting] Seni tradisional di Jawa

    * Seni Tradisional Banten
    * Seni Tradisional Betawi
    * Seni Tradisional Sunda
    * Seni Tradisional Banyumasan
    * Seni Tradisional Jawa
    * Seni Tradisional Madura
    * Seni Tradisional Osing

    [sunting] Seni tradisional di Kalimantan

    * Seni Tradisional Melayu - Kalimantan
    * Seni Tradisional Banjar
    * Seni Tradisional Dayak
    * Seni Tradisional Tidung

    [sunting] Seni tradisional di Sulawesi

    * Seni Tradisional Bugis
    * Seni Tradisional Buton
    * Seni Tradisional Gorontalo
    * Seni Tradisional Minahasa
    * Seni Tradisional Toraja
    * Seni Tradisional Kulawi

    [sunting] Seni tradisional di Nusa Tenggara

    * Seni Tradisional Bali
    * Seni Tradisional Sasak
    * Seni Tradisional Bima
    * Seni Tradisional Flores
    * Seni Tradisional Sumba
    * Seni Tradisional Timor

    [sunting] Seni Tradisional di Maluku

    * Seni Tradisional Ambon
    * Seni Tradisional Maluku Utara
    * Seni Tradisional Kei dan Tanimbar

    [sunting] Seni tradisional di Papua

    * Seni Tradisional Asmat

    [sunting] Jenis seni tradisional
    [sunting] Alat tabuh

    * Gamelan
    * Gendang / Kendang
    * Marwas

    [sunting] Alat tiup

    * Serunai
    * Suling

    [sunting] Alat gesek

    * Rebab

    [sunting] Alat petik

    * Sitar / Siter

    [sunting] Drama & seni tari

    * Bangsawan
    * Ketoprak
    * Lenong
    * Ludruk
    * Makyong
    * Menora
    * Wayang

    [sunting] Olahraga & permainan

    * Gasing
    * Karapan Sapi
    * Kateda [1]
    * Main Hadang
    * Patok Lele
    * Pencak Silat
    * Perisaian
    * Sepak Takraw
    * Zawo-zawo
    * Palak Babi

    Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_tradisional"
    Kategori: Seni tradisional.

    DARI :
    CROWNIKOV DESWAN BRAHMANANDA.
    8B / 12.

    BalasHapus
  4. WAYANG
    Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
    Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
    Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana.
    Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri, dengan demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang memiliki cerita, gaya dan dalang yang luar biasa.
    Kadangkala repertoar cerita Panji dan cerita Menak (cerita-cerita Islam) dipentaskan pula.
    Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu "Mana yang Isi(Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)".

    M SETYO AJI
    KLS 8D
    NO 30

    BalasHapus
  5. Seni Tari Jawa kuwi awujud seni tari kang adi luhung, sakral lan relijius. Tari Jawa akèh jinisé,ing antarané Srimpi, Bedhaya, Gambyong, Wireng, Prawirayuda, Wayang-Purwa Mahabarata-Ramayana. Khusus ing Mangkunegaran disebut Tari Langendriyan, kang njupuk saka crita Damarwulan.

    Tari kang kawentar ing Kraton Solo antara liya Bedhaya Ketawang lan Srimpi. Miturut kitab Wredhapradhangga kang dianggep pangripta tari Bedhaya Ketawang kuwi panjenengané Sultan Agung (1613-1645) raja kapisan krajan Mataram. Tari Bedhoyo Ketawang ora mung ditampilaké nalika jumenengan nata anyarananging uga saben taun sepisan ing dina jumenengan utawa Tingalan Dalem Jumenengan.
    Bab lan Paragraf
    [delikna]

    * 1 Jenis Tari Bedhaya
    * 2 Bedhaya Ketawang
    o 2.1 Sandhangan penari
    o 2.2 Tembang lan Gamelan
    o 2.3 Rakitan penari
    * 3 Srimpi
    * 4 Jinis Tari Srimpi
    * 5 Tari Jawa Modhèrn
    * 6 Wacan
    * 7 Pranala njaba

    [sunting] Jenis Tari Bedhaya

    * Bedhaya Ketawang suwéné (durasi) tarian 130 menit
    * Bedhaya Pangkur suwéné (durasi) tarian 60 menit
    * Bedhaya Duradasih suwéné (durasi) tarian 60 menit
    * Bedhaya Mangunkarya suwéné (durasi) tarian 60 menit
    * Bedhaya Sinom suwéné (durasi) tarian 60 menit
    * Bedhaya Endhol-endhol suwéné (durasi) tarian 60 menit
    * Bedhaya Gandrungmanis suwéné (durasi) tarian 60 menit
    * Bedhaya Kabor suwéné (durasi) tarian 60 menit
    * Bedhaya Tejanata suwéné (durasi) tarian 60 menit

    [sunting] Bedhaya Ketawang

    Kaistiméwan Tari Bedhaya Ketawang:

    * Pilihan dina latihan lan penampilan saben Selasa Kliwon (Anggara Kasih).
    * Lakuné para penari nalika metu lan mlebu menyang Dalem Ageng tansah ngiteri Sinuhun kanthi arah manengen.
    * Sandhangan para penari lan gendhing / tembang kudu manut paugeran kang ana

    [sunting] Sandhangan penari

    * Dodot banguntulak.
    * Lapisan ngisor nganggo cindhé kembang, awarna ungu, lengkap nganggo pendhing bermata lan bunta.
    * Riasan pasuryan kaya riasan temanten putri.
    * Sanggul bokor mengkureb lengkap kanthi perhiasan-perhiasané, kang dumadi saka: centhung, garudha mungkur, sisir jeram saajar, cundhuk mentul lan ngango tiba dhadha (untaian rangkaian kembang kang digantungaké ing dada bagian tengen).

    [sunting] Tembang lan Gamelan

    * Tembang kang dialunaké para swarawati nggambaraké rayuan kang bisa nuwuhaké rasa birahi.
    * Gamelan kang dipigunakaké arupa gemelan laras pelog, tanpa keprak

    [sunting] Rakitan penari

    * Rakitan tari lan jeneng paragané béda-béda. Ing larikan ngarep para penari lungguh lan njogèd kanthi urutan kaya mangkéné:
    o Batak
    o Endhel ajeg
    o Endhel weton
    o Apit ngarep
    o Apit mburi
    o Apit meneg
    o Gulu
    o Dhada
    o Boncit

    Jroning mbeksa mesthi waé urutané ora tetep nanging owah-owah miturut adegané, nanging ana ing panutup tari banjur lungguh manèh jèjèr telu-telu. Sawisé kuwi iring-iringan mlebu menyang Dalem Ageng, uga kanthi ngiteri sakiwané Sinuhun.
    [sunting] Srimpi

    Saliyanén tarian kang sakral mau Kraton Kasunanan/Pakubuwono uga nyiptakaké tarian liya kayata Tari Srimpi, yaiku tarian kang nggambaraké perang tanding loro satria.
    [sunting] Jinis Tari Srimpi

    * Srimpi padelori
    * Andong-andong
    * Arjuno Mangsah
    * Dhempel Sangopati
    * Elo-elo
    * Dempel
    * Gambir sawit
    * Muncar
    * Gandokusuma
    * Srimpi lobong

    [sunting] Tari Jawa Modhèrn

    * Tari Golèk
    * Tari Bondhan
    * Tari Kelana Topeng
    * Tari Gambiranom
    * Tari Gagrag anyar

    BalasHapus
  6. Tari Merak merupakan tarian kreasi baru dari tanah Pasundan yang diciptakan oleh Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950an dan dibuat ualng oleh dra. Irawati Durban pada tahun 1965 .

    Banyak orang salah kaprah mengira jika tarian ini bercerita tentang kehidupan dan keceriaan merak betina, padahal tarian ini bercerita tentang pesona merak jantan yang terkenal pesolek untuk menarik hati sang betina.
    Sang jantan akan menampilkan keindahan bulu ekornya yang panjang dan berwarna-warni untuk menarik hati sang betina. Gerak gerik sang jantan yang tampak seperti tarian yang gemulai untuk menampilkan pesona dirinya yang terbaik sehingga sang betina terpesona dan melanjutkan ritual perkawinan mereka.
    Setiap gerakan penuh makna ceria dan gembira, sehingga tarian ini kerap digunakan sebagai tarian persembahan bagi tamu atau menyambut pengantin pria menuju pelaminan.
    Kostumnya yang berwarna warni dengan aksen khas burung merak dan ciri khas yang paling dominan adalah sayapnya dipenuhi dengan payet yang bisa dibentangkan oleh sang penari dengan satu gerakan yang anggun menambah indah pesona tarian ini, serta mahkota yang berhiaskan kepala burung merak yang disebut singer yg akan bergoyang setiap penari menggerakkan kepalanya.
    Dalam setiap acara tari Merak paling sering ditampilkan terutama untuk menyambut tamu agung atau untuk memperkenalkan budaya Indonesia terutama budaya Pasundan ke tingkat Internasional.
    Tidak ada artikel terkait.

    BalasHapus
  7. SENI TARI JAWA TENGAH

    Tari sering disebut juga ”beksa”, kata “beksa” berarti “ambeg” dan “esa”, kata tersebut mempunyai maksud dan pengertian bahwa orang yang akan menari haruslah benar-benar menuju satu tujuan, yaitu menyatu jiwanya dengan pengungkapan wujud gerak yang luluh.
    Seni tari adalah ungkapan yang disalurkan / diekspresikan melalui gerak-gerak organ tubuh yang ritmis, indah mengandung kesusilaan dan selaras dengan gending sebagai iringannya. Seni tari yang merupakan bagian budaya bangsa sebenarnya sudah ada sejak jaman primitif, Hindu sampai masuknya agama Islam dan kemudian berkembang. Bahkan tari tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan upacara adat sebagai sarana persembahan. Tari mengalami kejayaan yang berangkat dari kerajaan Kediri, Singosari, Majapahit khususnya pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk.
    Surakarta merupakan pusat seni tari. Sumber utamanya terdapat di Keraton Surakarta dan di Pura Mangkunegaran. Dari kedua tempat inilah kemudian meluas ke daerah Surakarta seluruhnya dan akhirnya meluas lagi hingga meliputi daerah Jawa Tengah, terus sampai jauh di luar Jawa Tengah. Seni tari yang berpusat di Kraton Surakarta itu sudah ada sejak berdirinya Kraton Surakarta dan telah mempunyai ahli-ahli yang dapat dipertanggungjawabkan. Tokoh-tokoh tersebut umumnya masih keluarga Sri Susuhunan atau kerabat kraton yang berkedudukan. Seni tari yang berpusat di Kraton Surakarta itu kemudian terkenal dengan Tari Gaya Surakarta. Macam-macam tariannya :

    Srimpi, Bedaya, Gambyong, Wireng, Prawirayuda, Wayang-Purwa Mahabarata-Ramayana. Yang khusus di Mangkunegaran disebut Tari Langendriyan, yang mengambil ceritera Damarwulan.

    Dalam perkembangannya timbullah tari kreasi baru yang mendapat tempat dalam dunia tari gaya Surakarta. Selain tari yang bertaraf kraton (Hofdans), yang termasuk seni tari bermutu tinggi, di daerah Jawa Tengah terdapat pula bermacam-macam tari daerah setempat. Tari semacam itu termasuk jenis kesenian tradisional, seperti :
    -- Dadung Ngawuk, Kuda Kepang, Incling, Dolalak, Tayuban, Jelantur, Ebeg,
    Ketek Ogleng, Barongan, Sintren, Lengger, dll.

    Pedoman tari tradisional itu sebagian besar mengutamakan gerak yang ritmis dan tempo yang tetap sehingga ketentuan-ketentuan geraknya tidaklah begitu ditentukan sekali. Jadi lebih bebas, lebih perseorangan.

    BalasHapus
  8. SENI TARI JAWA TENGAH

    Tari sering disebut juga ”beksa”, kata “beksa” berarti “ambeg” dan “esa”, kata tersebut mempunyai maksud dan pengertian bahwa orang yang akan menari haruslah benar-benar menuju satu tujuan, yaitu menyatu jiwanya dengan pengungkapan wujud gerak yang luluh.
    Seni tari adalah ungkapan yang disalurkan / diekspresikan melalui gerak-gerak organ tubuh yang ritmis, indah mengandung kesusilaan dan selaras dengan gending sebagai iringannya. Seni tari yang merupakan bagian budaya bangsa sebenarnya sudah ada sejak jaman primitif, Hindu sampai masuknya agama Islam dan kemudian berkembang. Bahkan tari tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan upacara adat sebagai sarana persembahan. Tari mengalami kejayaan yang berangkat dari kerajaan Kediri, Singosari, Majapahit khususnya pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk.
    Surakarta merupakan pusat seni tari. Sumber utamanya terdapat di Keraton Surakarta dan di Pura Mangkunegaran. Dari kedua tempat inilah kemudian meluas ke daerah Surakarta seluruhnya dan akhirnya meluas lagi hingga meliputi daerah Jawa Tengah, terus sampai jauh di luar Jawa Tengah. Seni tari yang berpusat di Kraton Surakarta itu sudah ada sejak berdirinya Kraton Surakarta dan telah mempunyai ahli-ahli yang dapat dipertanggungjawabkan. Tokoh-tokoh tersebut umumnya masih keluarga Sri Susuhunan atau kerabat kraton yang berkedudukan. Seni tari yang berpusat di Kraton Surakarta itu kemudian terkenal dengan Tari Gaya Surakarta. Macam-macam tariannya :

    Srimpi, Bedaya, Gambyong, Wireng, Prawirayuda, Wayang-Purwa Mahabarata-Ramayana. Yang khusus di Mangkunegaran disebut Tari Langendriyan, yang mengambil ceritera Damarwulan.

    Dalam perkembangannya timbullah tari kreasi baru yang mendapat tempat dalam dunia tari gaya Surakarta. Selain tari yang bertaraf kraton (Hofdans), yang termasuk seni tari bermutu tinggi, di daerah Jawa Tengah terdapat pula bermacam-macam tari daerah setempat. Tari semacam itu termasuk jenis kesenian tradisional, seperti :
    -- Dadung Ngawuk, Kuda Kepang, Incling, Dolalak, Tayuban, Jelantur, Ebeg,
    Ketek Ogleng, Barongan, Sintren, Lengger, dll.

    Pedoman tari tradisional itu sebagian besar mengutamakan gerak yang ritmis dan tempo yang tetap sehingga ketentuan-ketentuan geraknya tidaklah begitu ditentukan sekali. Jadi lebih bebas, lebih perseorangan.

    BalasHapus
  9. Opera Beijing
    Opera Beijing (Hanzi sederhana: 京剧; Hanzi tradisional: 京劇; Pinyin: Jīngjù) adalah seni pentas yang memadukan kemampuan seni drama, menyanyi, tari, dan tidak jarang pula diisi dengan aksi akrobat dan bela diri dengan para pelakonnya memakai pakaian bercorak warna-warni diiringi musik yang merupakan instrumen tradisional negeri Cina itu.

    Menurut beberapa referensi, opera Beijing ini lahir di penghujung abad ke-18 saat kaisar Qianlong dari Dinasti Qing atau Dinasti Manchuria berkuasa. Pertunjukkan yang berakar dari huabu, bentuk-bentuk opera yang lebih kuno dari sejumlah pelosok Cina, itu langsung memikat permaisurinya.
    Opera Beijing berakar dari sandiwara tradisional yang dipandu seni bercerita lewat nyanyian, gaoqiang. Kesenian rakyat tersebut dengan berbagai kekhasannya berkembang di wilayah Sungai Yangtze dan Sungai Kuning di wilayah tengah dan utara Cina, serta wilayah Shandong di selatan.
    Perpaduan dua cabang seni itu dikalangan rakyat jelata melahirkan opera huabu yang banyak menampilkan cerita-cerita rakyat. Pada tahun 1790, sekelompok sandaiwara dari daerah Anhui datang ke Beijing. mereka menetap dan memodifikasi cerita, tata rias wajah, dan musik yang dikenal sebagai Opera Beijing.
    Di Beijing, banyak teater dan hotel yang secara berkala menampilkan opera tradisional tersebut dengan tarif yang relatif murah bagi opera yang hanya menyajikan beberapa babak dari sebuah atau sejumlah cerita. Sedangkan Opera yang menyajikan cerita yang relatif utuh lebih mahal.
    Seperti banyak seni tradisional, menyaksikan Opera Beijing tidak harus mengerti bahasa Mandarin. penokohan dan alur cerita paling tidak tergambar dari cat wajah aktor dan nada musik yang dimainkan. Namun mengerti bahasa Cina lebih baik untuk lebih mendalami alur cerita yang dimainkan.
    Untuk kostum, warna merah umumnya untuk tokoh berkarakter berani dan loyal, ungu untuk yang bijaksana, hitam untuk tokoh yang tegas, kuning bagi tokoh yang brutal sedangkan warna emas dan perak untuk tokoh magis.
    Melodi yang tenang dan dalam (er huang) yang dimainkan oleh instrumen-instrumen gesek dan petik mengiringi kisah babak opera yang mengisahkan kesedihan, cinta, dan dialog yang serius.
    melodi yang bersemangat dan cepat serta tegas (xi pi) umumnya untuk mengiringin babak drama yang mengisahkan kemenangan, pertarungan dan kegembiraan.

    Martin Aristo
    9e/19

    BalasHapus
  10. Tari Jawa
    Saka Wikipédia, Ènsiklopédhi Bébas ing basa Jawa / Saking Wikipédia, Bauwarna Mardika mawi basa Jawi


    Dewi Sinta, sendratari Ramayana, Wayang Wong ing Prambanan.


    Tari Bedhaya Ketawang
    Seni Tari Jawa kuwi awujud seni tari kang adi luhung, sakral lan relijius. Tari Jawa akèh jinisé,ing antarané Srimpi, Bedhaya, Gambyong, Wireng, Prawirayuda, Wayang-Purwa Mahabarata-Ramayana. Khusus ing Mangkunegaran disebut Tari Langendriyan, kang njupuk saka crita Damarwulan.
    Tari kang kawentar ing Kraton Solo antara liya Bedhaya Ketawang lan Srimpi. Miturut kitab Wredhapradhangga kang dianggep pangripta tari Bedhaya Ketawang kuwi panjenengané Sultan Agung (1613-1645) raja kapisan krajan Mataram. Tari Bedhoyo Ketawang ora mung ditampilaké nalika jumenengan nata anyarananging uga saben taun sepisan ing dina jumenengan utawa Tingalan Dalem Jumenengan.
    Bab lan Paragraf [delikna]
    1 Jenis Tari Bedhaya
    2 Bedhaya Ketawang
    2.1 Sandhangan penari
    2.2 Tembang lan Gamelan
    2.3 Rakitan penari
    3 Srimpi
    4 Jinis Tari Srimpi
    5 Tari Jawa Modhèrn
    6 Wacan
    7 Pranala njaba
    [sunting]Jenis Tari Bedhaya

    Bedhaya Ketawang suwéné (durasi) tarian 130 menit
    Bedhaya Pangkur suwéné (durasi) tarian 60 menit
    Bedhaya Duradasih suwéné (durasi) tarian 60 menit
    Bedhaya Mangunkarya suwéné (durasi) tarian 60 menit
    Bedhaya Sinom suwéné (durasi) tarian 60 menit
    Bedhaya Endhol-endhol suwéné (durasi) tarian 60 menit
    Bedhaya Gandrungmanis suwéné (durasi) tarian 60 menit
    Bedhaya Kabor suwéné (durasi) tarian 60 menit
    Bedhaya Tejanata suwéné (durasi) tarian 60 menit
    [sunting]Bedhaya Ketawang

    Kaistiméwan Tari Bedhaya Ketawang:
    Pilihan dina latihan lan penampilan saben Selasa Kliwon (Anggara Kasih).
    Lakuné para penari nalika metu lan mlebu menyang Dalem Ageng tansah ngiteri Sinuhun kanthi arah manengen.
    Sandhangan para penari lan gendhing / tembang kudu manut paugeran kang ana
    [sunting]Sandhangan penari
    Dodot banguntulak.
    Lapisan ngisor nganggo cindhé kembang, awarna ungu, lengkap nganggo pendhing bermata lan bunta.
    Riasan pasuryan kaya riasan temanten putri.
    Sanggul bokor mengkureb lengkap kanthi perhiasan-perhiasané, kang dumadi saka: centhung, garudha mungkur, sisir jeram saajar, cundhuk mentul lan ngango tiba dhadha (untaian rangkaian kembang kang digantungaké ing dada bagian tengen).
    [sunting]Tembang lan Gamelan
    Tembang kang dialunaké para swarawati nggambaraké rayuan kang bisa nuwuhaké rasa birahi.
    Gamelan kang dipigunakaké arupa gemelan laras pelog, tanpa keprak
    [sunting]Rakitan penari
    Rakitan tari lan jeneng paragané béda-béda. Ing larikan ngarep para penari lungguh lan njogèd kanthi urutan kaya mangkéné:
    Batak
    Endhel ajeg
    Endhel weton
    Apit ngarep
    Apit mburi
    Apit meneg
    Gulu
    Dhada
    Boncit
    Jroning mbeksa mesthi waé urutané ora tetep nanging owah-owah miturut adegané, nanging ana ing panutup tari banjur lungguh manèh jèjèr telu-telu. Sawisé kuwi iring-iringan mlebu menyang Dalem Ageng, uga kanthi ngiteri sakiwané Sinuhun.
    [sunting]Srimpi

    Saliyanén tarian kang sakral mau Kraton Kasunanan/Pakubuwono uga nyiptakaké tarian liya kayata Tari Srimpi, yaiku tarian kang nggambaraké perang tanding loro satria.
    [sunting]Jinis Tari Srimpi

    Srimpi padelori
    Andong-andong
    Arjuno Mangsah
    Dhempel Sangopati
    Elo-elo
    Dempel
    Gambir sawit
    Muncar
    Gandokusuma
    Srimpi lobong
    [sunting]Tari Jawa Modhèrn

    Tari Golèk
    Tari Bondhan
    Tari Kelana Topeng
    Tari Gambiranom
    Tari Gagrag anyar

    Nama: RB.Jonathan Kevin P.
    Kelas: 8Bhe
    no: 36

    BalasHapus
  11. Kelompok Suku Dayak
    Keturunan Puak Tulur Dijangkat tumbuh dan berkembang menjadi suku Dayak. Mereka berpencar meninggalkan tanah aslinya dan membentuk kelompok suku masing-masing yang sekarang dikenal sebagai suku Dayak Tunjung, Bahau, Benuaq, Modang, Penihing, Busang, Bukat, Ohong dan Bentian.
    • Suku Tunjung mendiami daerah kecamatan Melak, Barong Tongkok dan Muara Pahu
    • Suku Bahau mendiami daerah kecamatan Long Iram dan Long Bagun
    • Suku Benuaq mendiami daerah kecamatan Jempang, Muara Lawa, Damai dan Muara Pahu
    • Suku Modang mendiami daerah kecamatan Muara Ancalong dan Muara Wahau
    • Suku Penihing, suku Bukat dan suku Ohong mendiami daerah kecamatan Long Apari
    • Suku Busang mendiami daerah kecamatan Long Pahangai
    • Suku Bentian mendiami daerah kecamatan Bentian Besar dan Muara Lawa
    Selain suku-suku tersebut, terdapat pula suku-suku lain yaitu suku Dayak Kenyah, Punan, Basap, dan Kayan.
    • Suku Kenyah merupakan pendatang dari Apo Kayan, Kab. Bulungan. Kini suku ini mendiami wilayah kecamatan Muara Ancalong, Muara Wahau, Tabang, Long Bagun, Long Pahangai, Long Iram dan Samarinda Ilir.
    • Suku Punan merupakan suku Dayak yang mendiami hutan belantara di seluruh Kalimantan Timur mulai dari daerah Bulungan, Berau hingga Kutai. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil di gua-gua batu dan pohon-pohon. Mereka dibina oleh Departemen Sosial melalui Proyek Pemasyarakatan Suku Terasing.
    • Suku Basap menurut cerita merupakan keturunan orang-orang Cina yang kawin dengan suku Punan. Mereka mendiami wilayah kecamatan Bontang dan Sangkulirang.
    • Suku Kayan berasal dari Kalimantan Tengah, suku ini sering juga disebut dengan suku Biaju. Mereka mendiami daerah kecamatan Long Iram, Long Bagun dan Muara Wahau.






    (Bahasa Jerman juga mengenal istilah die Art, yang berarti cara, jalan, atau modus, yang juga dapat dikembalikan kepada asal mula pengertian dan kegiatan seni, namun demikian die Kunst-lah yang diangkat untuk istilah kegiatan itu).

    Yunani yang dipandang sebagai sumber kebudayaan Eropa walaupun sejak awal sejarahnya sudah mengenal filsafat dan juga fisafat seni, ternyata tidak juga memiliki kata yang dapat disejajarkan dengan pengertian kita sekarang tentang seni. Istilah yang paling dekat dengan pengertian itu ialah ?hne??ng sekarang kita kenal memiliki hubungan langsung dengan perkataan ?nik??

    paulus irwinda firstyawan 8C / 28

    BalasHapus
  12. Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.
    Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.
    Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
    Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan

    BalasHapus
  13. giovani christian nugroho
    16/8e
    Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.
    Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.
    Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
    Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan

    BalasHapus
  14. Unsur utama yang paling pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia yang sama sekali lepas dari unsur ruang, dan waktu, dan tenaga.

    Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika.

    Beberapa pakar tari melalui simulasi di bawah ini beberapa tokoh yang mendalami tari menyatakan sebagai berikut.

    Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Secara tidak langsung di sini Haukin memberikan penekanan bahwa tari ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap yang disamarkan......

    nama:diego armandito
    no :17
    kls :VIIIB

    BalasHapus
  15. TEMPO Interaktif, Solo - Empat penari berdiri berdampingan. Dua di antaranya adalah wanita, masing-masing berdiri di pinggir. Tangan mereka saling memeluk pinggang satu sama lain. Lantas, mereka melakukan gerakan berlari memutar yang cukup cepat. Dan, dua orang wanita itu pun terlihat terbang!


    Tarian itu merupakan salah satu reportoar yang dipentaskan oleh kelompok tari rakyat Markt Allhau dalam perhelatan Solo International Performing Art (SIPA) 2010 di Pamedan Pura Mangkunegaran Surakarta, Jawa Tengah, Jumat malam kemarin. Kelompok tari asal Austria itu tampil di malam pertama dalam perhelatan yang akan digelar selama tiga malam tersebut.

    Pentas seni bertaraf internasional itu diselenggarakan berdekatan dengan Solo International Contemporary Ethnic Music (SIEM) Festival 2010, yang digelar pekan lalu. Meski demikian, pementasan yang mengambil tempat di Keraton Mangkunegaran itu tetap saja menyedot perhatian ribuan penonton.

    Kelompok tari rakyat Markt Allhau, salah satu penyaji dalam pembukaan SIPA 2010, membawakan delapan buah tarian, yang sangat mirip dengan gerakan dansa. Tarian itu dibawakan oleh sekelompok muda mudi secara berpasangan.

    Gerak dansa yang dibawakan oleh kelompok tersebut sebetulnya cukup sederhana. Kebanyakan berupa gerakan melangkah dan berputar secara berpasangan. Hampir tidak terlihat adanya gerakan dansa yang sulit, kecuali gerakan terbang dalam tarian berjudul Keiner Mann. Tarian ini merupakan tarian tradisional di sana. “Tarian tradisi itu lahir 200 tahun yang lalu,” kata pimpinan Markt Allhau, Paul Erdely.

    Wajar, jika penonton seakan diajak melihat kehidupan di masa lampau. Sebab, mereka menggunakan pakaian yang cukup klasik, baju warna putih dengan dilengkapi rompi hitam. Mereka melakukan dansa dengan iringan alat musik tunggal berupa Styrian Concertina, alat musik khas Provinsi Burgenland, Austria bagian timur. Sepintas, bentuk alat musik itu mirip dengan akordeon.

    Paul menceritakan, tarian rakyat itu sebenarnya pernah hampir punah saat meletusnya Perang Dunia II. Saat itu hampir tidak ada seniman yang berpikir untuk berdansa di tengah kemelut perang. Setelah perang usai, masyarakat kembali membutuhkan kesenian untuk menghilangkan trauma mereka.

    Tarian tradisi juga dibawakan oleh kelompok Wargo Budoyo asal Dusun Gejayan, Magelang, Jawa Tengah. Kelompok dari lereng gunung Merbabu itu membawakan karya Gladiator Gunung, yang merupakan perpaduan beberapa tarian rakyat khas warga lereng gunung.

    Tiga tarian yang dipadukan adalah Geculan Bocah, Kipas Mega, dan Soreng. Ketiga tarian itu diiringi dengan musik truntung yang dipadukan dengan gamelan.

    Tarian yang menggambarkan mengenai perjuangan hidup warga lereng gunung itu memiliki irama yang cepat. Mereka menonjolkan gerakan-gerakan kaki yang menjejak kuat ke tanah. “Gerakan masyarakat yang selalu naik dan turun gunung,” ujar Pimpinan Wargo Budoyo, Riyadi. Gerakan tersebut memiliki irama tersendiri, dengan dipasangnya kerincingan di kaki mereka. Menurut Riyadi, kesenian tersebut hingga kini masih hidup di tengah masyarakat lereng Merbabu.

    Tarian rakyat memang menjadi sajian utama dalam SIPA 2010, baik tarian yang masih tradisional maupun yang kontemporer. “Porsinya mencapai 60 persen,” kata Ketua Panitia SIPA 2010, Irawati Kusumorasri. Sisanya, dibagi antara teater dan musik.

    Dalam perhelatan yang akan digelar selama tiga malam berturut-turut itu, penyelenggara menghadirkan 21 delegasi. Tujuh di antaranya berasal dari luar negeri. Selain dari Austria, seniman asing juga datang dari Jepang, Malaysia, dan Meksiko.

    Penataan artistik panggung SIPA 2010 cukup memukau. Panggung megah dibangun dengan dilatarbelakangi sebuah bangunan kuno, Kavallerie-Artillerie milik Mangkunegaran. Bangunan tua itu terlihat temaram dengan adanya tabir dari sehelai kain tipis berwarna putih. Lampu bermotif bunga warna warni ditembakkan ke permukaan kain, sehingga pertunjukan lebih menarik.

    ALEXANDER ALVIN CHRISNA
    8B/2

    BalasHapus
  16. Wayang Kulit, Mahakarya Seni Pertunjukan Jawa

    Malam di Yogyakarta akan terasa hidup jika anda melewatkannya dengan melihat wayang kulit. Irama gamelan yang rancak berpadu dengan suara merdu para sinden takkan membiarkan anda jatuh dalam kantuk. Cerita yang dibawakan sang dalang akan membawa anda larut seolah ikut masuk menjadi salah satu tokoh dalam kisah yang dibawakan. Anda pun dengan segera akan menyadari betapa agungnya budaya Jawa di masa lalu.

    Wayang kulit adalah seni pertunjukan yang telah berusia lebih dari setengah milenium. Kemunculannya memiliki cerita tersendiri, terkait dengan masuknya Islam Jawa. Salah satu anggota Wali Songo menciptakannya dengan mengadopsi Wayang Beber yang berkembang pada masa kejayaan Hindu-Budha. Adopsi itu dilakukan karena wayang terlanjur lekat dengan orang Jawa sehingga menjadi media yang tepat untuk dakwah menyebarkan Islam, sementara agama Islam melarang bentuk seni rupa. Alhasil, diciptakan wayang kulit dimana orang hanya bisa melihat bayangan.

    Pagelaran wayang kulit dimainkan oleh seorang yang kiranya bisa disebut penghibur publik terhebat di dunia. Bagaimana tidak, selama semalam suntuk, sang dalang memainkan seluruh karakter aktor wayang kulit yang merupakan orang-orangan berbahan kulit kerbau dengan dihias motif hasil kerajinan tatah sungging (ukir kulit). Ia harus mengubah karakter suara, berganti intonasi, mengeluarkan guyonan dan bahkan menyanyi. Untuk menghidupkan suasana, dalang dibantu oleh musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang menyanyikan lagu-lagu Jawa.

    Tokoh-tokoh dalam wayang keseluruhannya berjumlah ratusan. Orang-orangan yang sedang tak dimainkan diletakkan dalam batang pisang yang ada di dekat sang dalang. Saat dimainkan, orang-orangan akan tampak sebagai bayangan di layar putih yang ada di depan sang dalang. Bayangan itu bisa tercipta karena setiap pertunjukan wayang memakai lampu minyak sebagai pencahayaan yang membantu pemantulan orang-orangan yang sedang dimainkan.

    Setiap pagelaran wayang menghadirkan kisah atau lakon yang berbeda. Ragam lakon terbagi menjadi 4 kategori yaitu lakon pakem, lakon carangan, lakon gubahan dan lakon karangan. Lakon pakem memiliki cerita yang seluruhnya bersumber pada perpustakaan wayang sedangkan pada lakon carangan hanya garis besarnya saja yang bersumber pada perpustakaan wayang. Lakon gubahan tidak bersumber pada cerita pewayangan tetapi memakai tempat-tempat yang sesuai pada perpustakaan wayang, sedangkan lakon karangan sepenuhnya bersifat lepas.

    Cerita wayang bersumber pada beberapa kitab tua misalnya Ramayana, Mahabharata, Pustaka Raja Purwa dan Purwakanda. Kini, juga terdapat buku-buku yang memuat lakon gubahan dan karangan yang selama ratusan tahun telah disukai masyarakat Abimanyu kerem, Doraweca, Suryatmaja Maling dan sebagainya. Diantara semua kitab tua yang dipakai, Kitab Purwakanda adalah yang paling sering digunakan oleh dalang-dalang dari Kraton Yogyakarta. Pagelaran wayang kulit dimulai ketika sang dalang telah mengeluarkan gunungan. Sebuah pagelaran wayang semalam suntuk gaya Yogyakarta dibagi dalam 3 babak yang memiliki 7 jejeran (adegan) dan 7 adegan perang. Babak pertama, disebut pathet lasem, memiliki 3 jejeran dan 2 adegan perang yang diiringi gending-gending pathet lasem. Pathet Sanga yang menjadi babak kedua memiliki 2 jejeran dan 2 adegan perang, sementara Pathet Manura yang menjadi babak ketiga mempunyai 2 jejeran dan 3 adegan perang. Salah satu bagian yang paling dinanti banyak orang pada setiap pagelaran wayang adalah gara-gara yang menyajikan guyonan-guyonan khas Jawa.

    Sasono Hinggil yang terletak di utara alun-Alun Selatan adalah tempat yang paling sering menggelar acara pementasan wayang semalam suntuk, biasanya diadakan setiap minggu kedua dan keempat mulai pukul 21.00 WIB. Tempat lainnya adalah Bangsal Sri Maganti yang terletak di Kraton Yogyakarta. Wayang Kulit di bangsal tersebut dipentaskan selama 2 jam mulai pukul 10.00 WIB setiap hari Sabtu dengan tiket Rp 5.000,00.

    V.YOGA ALVIANTO 9B / 32

    BalasHapus